Kamis, 25 Agustus 2016

Mengenalkan Pembalut Pada Anak Gadis Kita


Punya anak perempuan yang akan atau sudah haid/baligh? Ada baiknya, kita sebagai ibu mengenalkan pembalut yang sehat kepada mereka.

Berikut beberapa poin yang bisa kita jadikan patokan dalam memilih pembalut:
* dibuat dengan bahan yang berdaya serap tinggi
* bebas dari bahan kimia (aman, sehat dan higenis)
* bisa dicuci ulang (tdk menjadi sampah)
* design yang nyaman
* ekonomis (hrg terjangkau)

Pembalut MWise bisa bunda jadikan pilihan krn semua poin di atas ada pada pembalut MWise.

Mengapa memilih M-Wise dibandingkan dengan produk mens pad yang lain?

M-Wise menggunakan bahan-bahan pilihan, seperti lapisan paling luar terbuat dari bahan hyget yang paling halus agar terasa nyaman ketika di pakai dan bersentuhan dengan kulit.

Bahan serapan M-Wise dibuat dari polar, campuran serat katun dan serat woll yang sangat aman tanpa bahan kimia dan tidak menyebabkan iritasi.

Design M-Wise menstrual pad dibuat senyaman mungkin untuk wanita menggunakannya, sehingga tetap bebas beraktivitas.

Harga M-Wise sangat terjangkau untuk semua kalangan, sehingga tidak memberatkan kantong. M-Wise menstrual pad dapat dicuci dan dipakai kembali.

Terdiri dari berbagai ukuran:
* Night ukuran 30 cm x 24 cm
* Maxi ukuran 23 cm x 21 cm
* Day ukuran 23 cm x 21 cm
* Pantyliner ukuran 17,5 cm x 14 cm

Mari, sejak dini kita biasakan buah hati kita untuk hidup sehat 󾌧

NB: info lain tentang pembalut MWise, bisa dilihat di FP: Catatan Bunda Ahmad




Rabu, 24 Agustus 2016

Kala Bermain Rupa


Kala bermain rupa
Laut membiru, membiru dan kelam
Cahaya berkalung rupa
Suara berkalung rupa

Kala bermain rupa
Awan bergulung, bergulung dan bergulung
Cahaya berkalung rupa
Suara berkalung rupa

Kala bermain rupa
Hujan tidak lagi turun
Cahaya berkalung rupa
Suara berkalung rupa

Kala bermain rupa
Hanya badai tanpa gemuruh
Cahaya berkalung rupa
Suara berkalung rupa

Kala bermain rupa
Rindu jiwa pada pesona…


Tepian hati, 24-8-2016

Aku memilih berniaga..


Ini bukan tentang situs berniaga dot kom ya.. melainkan tentang mengapa aku lebih suka berniaga.. padahal uang belanja dari suami Alhamdulillah gak ada masalah.

Suatu pagi, di kantin depan sekolah ananda tercinta, yang merupakan salah satu tempat favoritku buka lapak.. seorang guru bertanya padaku: "memang gak dimarahin suami apa klo dagang bu..?"

Suatu siang, di rumah salah satu teman yang punya toko pakaian, tempatku mengambil barang untuk jualan.. Temanku berkata: "suamiku tanya, memang Susi gak dilarang sama suaminya berdagang..?"

Dua pertanyaan yang memiliki satu esensi, yaitu espresi keheranan, mengapa saya yang memiliki suami dengan penghasilan yang lebih dari cukup (Alhamdulillah..) utk saya dan seorang anak.. masih juga berdagang..

Saya memiliki alasan tersendiri..yang in sya Allah menjawab pertanyaan tsb di atas. Apakah karena uang..?! Saya memang suka punya uang banyak.. (lha khan sy masih normal.. he..he..), tapi itu bukan alasan utama. Terus apa dooong...?! Kasih tau gak ya..😎 (halah.. lebay, abaikan...)

Alasannya saya suka berniaga adalah karena saya suka rasa yang muncul saat saya berniaga.. semua rasa yang muncul di setiap tahapan prosesnya.

Rasa yang muncul pada saat penentuan produk apa yang akan dijual, ada rasa harap pada Allah bahwa produk tsb akan ada yang membeli. Saya suka rasa itu...

Atau pada saat saya membuat iklan/promo untuk barang yang saya jual, muncul rasa harap pada Allah akan ada orang yang tertarik kemudian membelinya.. sungguh saya suka rasa itu..

Atau pada saat saya membuka lapak untuk dagang offline, mulai dari menyiapkan barang dagangan, menyiapkan tempat, menanti para pembeli.. ada rasa harap kepada Allah bahwa ada rezeki untuk saya hari.. sungguh saya suka rasa itu..

Bahkan ketika saya telah mem'posting' iklan dagangan saya berhari-hari, tapi tidak ada yang membeli.. ada rasa harap pada Allah agar diberi kesabaran.. pun saya suka rasa itu..

Ketika berinteraksi dengan produsen dari produk yang saya jual, ataupun orang yang merupakan perpanjangan tangan dari produsen.. ada rasa bahagia bertambah teman dan saudara (bila muslim).. pun saya suka rasa itu..

Ketika berinteraksi dengan calon pembeli, ada rasa bahagia untuk melayani dengan sepenuh hati.. sungguh saya suka rasa itu..

Pun ketika produk yang saya jual ada yang membeli, ada rasa syukur atas rezeki yang Allah beri.. sungguh saya suka rasa itu..

Dan keyakinan akan hadist rasulullah bahwa 9 dari 10 pintu rezeki, Allah bukakan dari upaya perniagaan.. sungguh saya teramat suka dengan rasa itu...

Maka rezeki pertama yang Allah berikan kepada saya melalui perniagaan ini adalah segenap rasa yang tiada tara..

#pembalut_cuci_ulang_MWise
#abaca_flashcard
#ayo_tanam_sendiri
#susu_kambing
#tepung_talbinah
#madu_syamil

NB: ini adalah tulisan saya, dalam postingan di FP: Catatan Bunda Ahmad tgl 4 Mei 2015

Bijak Dalam Memilih Cerita Untuk Anak

Ini merupakan tulisan saya, yang saya ambil dari fanpage saya: Catatan Bunda Ahmad (postingan 24 April 2016). Yang mau tengok fanpagenya, bisa klik https://www.facebook.com/Catatan-Bunda-Ahmad-977517865592279/


Peristiwa ini terjadi beberapa tahun yang lalu, waktu itu anak saya Ahmad berusia sekitar 4,5 tahun. Seperti biasa, sebelum tidur siang atau malam, dia minta dibacakan cerita. Entah mengapa, hari itu saya tergelitik untuk bercerita di luar kebiasaan saya. Sejak ia dalam kandungan, saya membiasakan bercerita yang bukan dongeng atau legenda. Tapi, hari itu saya memilih bercerita tentang “Batu Belah”. Keputusan yang akhirnya sangat saya sesali..

Cerita “Batu Belah” ada beberapa versi. Tapi semuanya punya inti cerita dan ending yang sama. Inti ceritanya tentang ibu yang kecewa terhadap anaknya karena sang anak tak mematuhi perintahnya. Ending cerita adalah sang ibu pergi ke Batu Belah, yaitu batu yang bisa terbelah (membuka) dan menelan orang yang masuk ke dalamnya. Yap, sang ibu memilih untuk masuk ke dalam batu dan meninggalkan sang anak sendirian.

Awalnya saya kira, cerita ini bisa mengajarkan kepada anak saya untuk mematuhi orang tua. Tapi nyatanya.. ending cerita yang lebih merasuk di anak saya. Belum sempat saya menyampaikan hikmah yang bisa diambil dari cerita Batu Belah.. anak saya sudah bertanya: “Ummi, batunya bisa muat untuk berapa orang..?” “Anak-anak bisa masuk juga gak.?. Berdesir darah saya mendengar pertanyaan anak saya. Pertanyaannya langsung membuat saya sadar bahwa betapa khawatirnya ia terhadap sang anak yang ditinggalkan ibunya. Selanjutnya saya menyadari bahwa cerita ini bisa membekas dalam pikirannya bahwa suatu saat umminya bisa meninggalkannya seperti kisah dalam Batu Belah. Tanpa menunggu, langsung saat itu juga saya memeluknya dan meminta maaf.. “Maaf ya nak, maafkan ummi.. Ummi telah salah memilih cerita.. Cerita itu cerita bohong.. gak ada ibu yang meninggalkan anaknya seperti itu.. Ummi gak akan pernah meninggalkan Ahmad seperti itu.. Ummi sayang Ahmad..” Kalimat –kalimat ini terus saya katakan padanya sampai ia tenang dan akhirnya tertidur. Tapi ini belum berakhir.. beberapa hari kemudian Ahmad masih sering bertanya tentang Batu Belah.. masih dengan pertanyaan yang sama.. pertanyaan-pertanyaan itu baru hilang setelah beberapa bulan kemudian..

Sejak malam itu, saya bulatkan tekad untuk hanya menyampaikan cerita-cerita yang membangun jiwa positif (berkarakter) pada diri anak saya. Tidak akan pernah ada lagi dalam moment bercerita saya tentang Batu Belah dan cerita-certia serupa.. Walaupun untuk mendapatkan cerita-cerita yang berkarakter membutuhkan biaya yang lumayan besar.. It’s OK.. karena sesungguhnya ini bukan sekedar moment bercerita.. tapi ini adalah proses membangun peradaban untuk anak saya tercinta..

Beberapa buku yang saya pilih untuk saya ceritakan kepada anak saya adalah tulisan dari kak Eka Wardhana​ seperti Muhammad Teladanku (Sygma Daya Insani), Kisah Para Sahabat (Rumah Pensil), dan Asmaul Husna (Rumah Pensil)..

Mari Ayah Bunda.. kita bijak dalam memilih cerita untuk buah hati kita..

*yang setuju boleh share.. jangan lupa sertakan sumbernya ya ;)