Sabtu, 26 Desember 2015

Mari Berkebun



Mari Berkebun...

"Berkebun...??? Wah, gak punya lahan mbak.. gimana bisa berkebun".
"Berkebun...??? Ribet ah, lebih mudah beli di pasar".

Begitulah sebagian besar respon para ibu ketika diajak berkebun.

Padahal berkebun itu tidak mesti punya pekarangan yang luas. Kita bisa memanfaatkan teras rumah kita walaupun mungil adanya. Tentulah kita harus selektif terhadap jenis tanaman yang akan kita tanam di kebun kita.

Berkebun itu mudah, tidak sulit sama sekali. Cukup sediakan media tanam, beri benih atau bibit tanaman, kemudian siram setiap hari.. Bila kita merawatnya dengan sepenuh hati, maka tunggulah ia pasti akan berbakti.. insya Allah ;)

Berkebun itu banyak manfaatnya lho..
1. Berkebun itu menyehatkan jiwa (istilah saya sich 'balancing your life).
Ketika banyak hal membuat kita penat/stress, maka kita bisa menyegarkan jiwa kita dengan hijau dedaunan kebun kita

2. Berkebun itu menyehatkan fisik kita
Aktivitas berkebun membuat tubuh kita bergerak dan berkeringat, sehingga peredaran darah menjadi lancar dan sebagian racun dalam tubuh ke luar bersama dengan keringat.

3. Berkebun itu memberikan kesediaan sayuran sehat untuk keluarga
Alangkah baiknya bila tanaman yang kita tanam dalam kebun kita adalah tanaman yang dapat di konsumsi, seperti: bayam, sawi, pakcoy, selada, tomat, cabai, dll.

4. Berkebun itu sarana bersosalisasi
Kebun yang sehat dan terawat akan menarik perhatian orang disekitarnya. Sehingga kita dapat bertegur sapa dengan masyarakat (tetangga) di sekitar rumah kita.

5. Berkebun dapat menjadi sarana untuk menyebarkan kebaikan
Kebun yang sehat dan terawat akan menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Itu berarti kita telah menginspirasi orang lain untuk berbuat kebaikan..

Masih banyak manfaat lain dari berkebun. Anda bisa merasakannya setelah Anda berkebun. Jadi mari kita berkebun mulai dari sekarang, dengan alat dan bahan yang ada di sekitar kita..

Ingatlah 'Berkebun itu mudah dan menyenangkan..'

Selasa, 07 April 2015

Menuju Masyarakat Pembelajar

Setelah beberapa waktu saya merehatkan laptop saya, sekarang waktunya untuk laptop saya beraksi lagi.. Tujuan utama saya membuka laptop adalah meninjau blog yang sudah cukup lama tidak saya tengok (sorry yach...), untuk kemudian menuliskan beberapa paragraf di dalamnya untuk mengasah keterampilan menulis saya yang memang belum tajam (harap maklum...he..he).

Berhubung saya baru saja membaca ulang buku "Revolusi Cara Belajar', maka kali ini saya akan menuangkan ketertarikan saya terhadap salah satu bagian dalam buku tersebut. Dalam buku yang ditulis oleh Gordon Dryden dan Dr. Jeannette Vos tersebut membahas tentang bagaimana suatu masyarakat bisa melakukan perubahan menuju kehidupan yang lebih baik. Kata masyarakat saya cetak tebal untuk mengingatkan saya bahwa perubahan yang dilakukan secara massiv akan memberikan daya dorong yang besar terhadap suatu perubahan. Tentulah dalam setiap perubahan membutuhkan pelopor, yang memiliki energi yang besar untuk bisa menggerakkan masyarakat melakukan perubahan (insya Allah lain waktu saya akan menulis tentang karakteristik pelopor perubahan..doakan ya :) ). Bicara tentang perubahan, tentulah perubahan yang kita harapkan adalah perubahan yang positif. Perubahan yang menjadikan kualitas kehidupan kita menjadi lebih baik.

Untuk bisa mewujudkan perubahan, masyarakat harus melalui proses pembelajaran. Di mana proses pembelajaran ini berlangsung secara terus menerus dan dilakukan di setiap aspek yang saling berkaitan. Di dalam buku Revolusi Cara Belajar ini disampaikan setidaknya ada 13 langkah yang dibutuhkan yang saling berkaitan untuk mencapai masyarakat pembelajar (kali ini saya tulis 5 dulu..)

1. Peran baru komunikasi elektronik
Saat ini komunikasi elektronik tidak lagi televisi dan radio, tetapi berkembang lebih luas dengan adanya internet. Jaringan komunikasi menjadi lebih instan dan interaktif.

Saya jadi ingat tahun 1980-1990an, saat itu dalam sebulan tukang pos bisa beberapa kali datang ke rumah orangtua saya untuk mengantarkan surat dari kakak saya yang kuliah di luar kota atau dari kakek saya yang ada di kampung. Tapi sekarang, dalam setahun bisa dihitung berapa kali tukang pos datang ke rumah. Terlebih sekarang untuk berbagi informasi tidak hanya bisa dengan sarana telefon, tapi juga bisa melalui jejaring sosial seperti facebook, twitter, dsb. Bahkan sebagian orang bisa menghasilkan uang melalui internet.

Untuk para pelajar, belajar tidak lagi terbatas pada buku-buku teks book. Mereka bisa mencari informasi yang lebih banyak melalui internet, bisa mengakses materi pelajaran selama 7 hari dalam seminggu, 24 jam sehari, di mana saja dan kapan saja. Sehingga jika kita tidak memanfaatkan komunikasi elektronik dalam pendidikan kita, maka kita akan seperti nenek moyang kita yang masih menggosok-gosokkan batang kayu untuk membuat api :)

2. Pelajari komputer dan internet
Di era teknologi, menjadi tuntutan zaman untuk para pembelajar mengenal dan belajar komputer dan internet.

Menurut saya, dalam hal ini diperlukan juga kearifan jiwa sehingga bisa memilah milih hal-hal yang kita temui saat berinteraksi dengan dunia maya.

3. Perombakan dramatis dalam pendidikan orangtua
Sebagian besar peneliti tentang otak berkesimpulan bahwa 50% kemampuan belajar manusia berkembang dalam usia empat tahun pertama. Itu bukan berarti 50% pengetahuan dan kebijaksanaan, melainkan pada tahun-tahun awal itu otak bayi membentuk 50% koneksi-koneksi sel otak utama (jalur-jalur yang siap menyimpan semua pengetahuan di masa depan).

Dengan demikian, rumahlah (bukan sekolah) yang menjadi lembaga pendidikan terpenting. Sehingga orangtualah (bukan guru) yang berperan sebagai pendidik pertama dan utama.

Saya jadi ingat hadist yang berbunyi: al-ummahatu al-madrasatu al-ula. Kira-kira artinya bahwa seorang ibu adalah pendidik utama bagi anak-anaknya. (Kalau ada yang salah, mohon dikoreksi ya..)

Tapi hadist ini tidak melepaskan tanggung jawab seorang ayah untuk mendidik anaknya. Kalau yang saya pahami, seorang istri (ibu) bisa memiliki kemampuan yang baik dalam mendidik anak-anaknya bila ia didampingi (dibimbing) oleh seorang suami (ayah) yang memiliki pemahaman yang baik tentang mendidik anak-anaknya.

Sehingga, perlu bagi para orangtua (suami dan istri) dan calon orangtua (bujang atau gadis) untuk belajar tentang parenting skill.

4. Prioritas Layanan Kesehatan bagi Anak-anak
Profesor Michael Crawford, peneliti dan ilmuwan asal Inggris, melakukan penelitian selama sepuluh tahun tentang pengaturan makanan pada perempuan hamil dan bayinya. Hasilnya mengejutkan, betapa besarnya ketidakpedulian para ibu terhadap pengaruh gizi bagi pertumbuhan otak bayinya terutama selama bayi dalam kandungan.

Di negara kaya seperti Amerika dan Selandia Baru sekalipun, hampir 20% anak-anak menderita infeksi telinga. Jika tidak diambil tindakan, penyakit ini bisa mengakibatkan kopokan/congekan (saluran telinga terhalang oleh cairan lengket seperti lem) dan berujung pada kehilangan pendengaran. Tentu hal ini akan menghambat proses belajar anak-anak, dan itu berarti terhambatnya perkembangan kemampuannya.

Saya langsung merenung.. bagaimana dengan negeriku, Indonesia?

5. Program Pengembangan Anak-anak
Sebagian besar subsidi pendidikan yang diberikan oleh pemerintah ditujukan bagi siswa sekolah menengah dan lanjutan. Untuk mendapatkan generasi yang berkualitas, seharusnya subsidi terbesar diberikan kepada siswa sekolah dasar bahkan siswa pada pendidikan usia dini. Karena bila pondasi dasar pendidikan berkualitas, maka akan lebih mudah dalam tahap pendidikan selanjutnya.

Saya membayangkan bagaimana majunya Indonesia jika anak-anak mudanya terdidik dengan kualitas yang baik. Juga memiliki kreativitas yang tinggi. Tentu dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, dengan sebagian besar penduduknya yang produktif dan terdidik maka saya meyakini negara lain tidak akan memandang remeh Indonesia.

Saya akan bersabar menunggu hal tersebut menjadi kenyataan.

Beautiful Days



Menikmati hidup.. that's right. Untuk bisa bahagia, kita harus bisa menikmati hidup. Menikmati hidup, bukan menyia-nyiakan hidup. Menikmati hidup itu sama artinya dengan kita menghargai semua hal yang telah Allah SWT berikan. Memaknai semua hal yang Allah berikan sebagai sesuatu yang seharusnya kita syukuri.

Memanfaatkan semua pemberian Allah SWT untuk hal-hal yang mendatangkan kebahagiaan pada diri kita. Melakukan hal yang positif walaupun itu sesuatu yang ringan, seperti berwajah ceria kepada orang yang kita temui; atau berbagi rezeki dengan tetangga. Sungguh hal-hal seperti itu akan mendatangkan kebahagiaan tersendiri dalam diri kita.

Manusia yang hidup sendirian (egois) tidak akan pernah merasakan kebahagiaan. Teringat saya pada sebuah nasyid lama "hidup sendirian.. itu bukan kehidupan namanya.." Kebahagiaan membutuhkan syarat untuk hadir dalam diri seseorang. Salah satunya adalah berbagi. Berbagi hal yang positif dengan orang lain.

Inilah salah satu hal yang bisa kita ambil pelajaran dari 'shodaqoh'. 'Shodaqoh' dalam bahasa kita diartikan dengan sedekah. Bentuk sedekah tidak hanya dalam rupa materi (uang, sembako, dll), tapi juga dapat berupa tindakan-tindakan positif seperti berwajah berseri kepada saudara kita, membantu menyeberangkan lansia, menyingkirkan duri/hal yang berbahaya dari jalanan, membantu orang yang dalam kesulitan, dan lain-lain. Shodaqoh, menghadirkan kebahagiaan tersendiri dalam diri kita.

So.. bila kita menginginkan hari-hari dalam kehidupan kita diliputi kebahagiaan, maka penuhilah hari-hari dalam hidup kita dengan berbagi hal yang positif dengan manusia lainnya..